Hati
adalah sebuah figurasi dari bagian paling inti dalam kehidupan manusia
di mana Roh bertahta. Salah satu karakter pemuda Kristen adalah memiliki
hati yang melayani. Seperti apakah hati yang melayani itu? Itu bukan
sesuatu yang sumbernya dari luar melainkan inti terdalam kehidupan kita
yang menerobos keluar untuk mempunyai semangat pelayanan.
Dalam Kisah Para Rasul 20:24 yang berbunyi, “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.”, kita bisa melihat sharing Paulus kepada jemaat di Efesus selama lebih dari tiga tahun lamanya, dan ini disampaikan menjelang akhir kehidupan Paulus.
Apa yang dikatakan Paulus bukanlah bentuk kesombongan diri melainkan suatu harapan agar jemaat Efesus dapat melayani sama seperti yang dia kerjakan, yaitu memiliki hati seperti Paulus yang menjadi panggilan pelayanannya yaitu:
Dalam Kisah Para Rasul 20:24 yang berbunyi, “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.”, kita bisa melihat sharing Paulus kepada jemaat di Efesus selama lebih dari tiga tahun lamanya, dan ini disampaikan menjelang akhir kehidupan Paulus.
Apa yang dikatakan Paulus bukanlah bentuk kesombongan diri melainkan suatu harapan agar jemaat Efesus dapat melayani sama seperti yang dia kerjakan, yaitu memiliki hati seperti Paulus yang menjadi panggilan pelayanannya yaitu:
- Ketaatan
dan kesetiaan (obedience and faithful). Ini menunjukkan pentingnya
memiliki pelayanan yang bersifat konsisten dan langgeng. Bukan sesuatu
yang impulsif, yang mana sebentar-sebentar hilang lalu muncul tenggelam.
Perjalanan pelayanan terjadi bukan karena relativitas manusia melainkan
karena mau taat menjalankan kehendak Tuhan sampai pada akhir. Di tengah
pelayanan Kristen, kita ditantang dengan sifat impulsif dunia yang
cepat bosan dengan segala aspek dan terus mencari yang baru sehingga
tidak ada lagi suatu ketekunan untuk melakukan hal yang benar. Kesetiaan
di sini dikaitkan dengan iman (faith- faithful) yang berbeda dengan
impulsif.
Dunia juga menawarkan sifat addicted, di mana dosis yang digunakan tidak pernah cukup untuk memuaskan keinginan manusia. Hal tersebut membuat manusia justru tidak memiliki independensi melainkan ditarik oleh sumur dosa ke dalam penguasaan yang tidak bisa lepas lagi. Ketaatan yang dimaksukan di sini bukanlah pembelengguan (captured/dikuasai/dirasuk) tapi manifestasi satu kebebasan. Begitu kita menyalahgunakan ketaatan, kita kehilangan kebebasan kita. Pastikan Anda terus memilih hal yang tepat. Andaikata Anda kompromi misalkan saja dengan coba-coba untuk merokok satu kali saja, Anda telah menjual kebebasan Anda sehingga hanya ada satu hal pasti yang akan Anda pilih yaitu terus merokok. - Dinamis dan berarah jelas (dynamic and purposeful). Pelayanan bukanlah menjadi pasif atau sekadar menunggu-nunggu melainkan suatu hal yang begitu dinamis. Yesus berkata, “Aku bekerja karena Bapaku di surga turut bekerja.” Semangat bekerja itu semangat Ilahi, tidak statik, diam, ataupun beku seperti halnya berhala dunia. Tuhan jadi Inisiator dari segala sesuatu. Saat kita jadi umat Tuhan yang berelasi denganNya, seluruh gerak kita terarah dan mewarnai seluruh aspek kehidupan kita. Gerak yang begitu cepat dan dinamis itu harus tetap disertai ketaatan sehingga kita tidak mudah menjadi goyah.
- Kesungguhan dan pengorbanan (sincerity and sacrifice). Seringkali seorang mafia justru lebih rela berkorban, yang terkadang konyol, demi misi yang dia kerjakan daripada keluarganya dibantai. Bila kita mencermati hal itu, kita harusnya melihat betapa sedihnya ketulusan dan kesungguhan yang dibuang dengan sia-sia. Paulus memberi jemaat Efesus arahan agar mengerjakan segala aspek dengan penuh totalitas. Ada seorang di gereja dengan jumlah jemaat yang besar pernah bercerita tentang betapa sulitnya mengajak seseorang mau melayani tanpa adanya imbalan yang setimpal buat dia. Lantas, saya meresponinya begini. Loh, Tuhan sudah memberi kepada kamu terlebih dahulu apa yang terbaik, yaitu nyawa Anak Domba. Seharusnya, yang berhak bertanya imbalannya apa adalah Tuhan. Kenapa seseorang tidak bisa komitmen/sungguh-sungguh, karena cara berpikir dia di awal sudah tertukar. Ini dikarenakan hatinya saja belum benar-benar hidup bagi Tuhan. Betapa sedih melihat KeKristenan secara kuantitas berkembang tapi di dalamnya kosong akan esensi.
0 komentar:
beritakanlah kepada saudara-saudaramu segala sesuatu yang baik dan penuh sukacita atas apa yang kamu lihat dan kamu dengar